Sobat bidikmisi... siapa sih di antara kita yang
nggak punya mimpi? Pasti punya ya... Hanya saja ada orang-orang yang
telah mencapai impian tersebut, ada juga yang belum dengan berbagai
alasan. Cerita ini semoga bisa jadi pemicu kita untuk lebih berani lagi
dalam meraih impian. Cekidot!
Dalam suatu penelitian yang
dilakukan oleh para profesor di USA, ada 2 ekor monyet yang dimasukkan
ke dalam satu ruangan kosong secara bersama-sama. Kita sebut saja
monyet tersebut Monyet A dan B. Di dalam ruangan tersebut terdapat
sebuah tiang, dan di atas tiang tersebut nampak beberapa pisang yang
sudah matang. Menurut Sobat Bidikmisi, apa yang akan dilakukan oleh 2 monyet
tersebut?
Setelah membiasakan diri dengan keadaan
lingkungan di dalam ruangan, mereka mulai mencoba meraih pisang-pisang
tersebut. Monyet A yang mula-mula mencoba mendaki tiang. Begitu monyet
A berada di tengah tiang, sang profesor menyemprotkan air kepadanya,
sehingga terpeleset dan jatuh. Monyet A mencoba lagi, dan disemprot,
jatuh lagi, demikian berkali-kali sampai akhirnya monyet A menyerah.
Giliran --> monyet B yang mencoba, mengalami kejadian serupa, dan
akhirnya menyerah pula.
Berikutnya ke dalam ruangan dimasukkan monyet C. Yang menarik adalah, para profesor tidak akan lagi menyemprot para monyet jika mereka naik. Begitu si monyet C mulai menyentuh tiang, dia langsung ditarik oleh monyet A dan B. Mereka berusaha mencegah, agar monyet C tidak mengalami `kesialan’ seperti mereka. Karena dicegah terus dan diberi nasihat tentang bahayanya bila mencoba memanjat ke atas, monyet C akhirnya takut juga dan tidak pernah memanjat lagi.
Langkah selanjutnya yang dilakukan oleh para profesor adalah
mengeluarkan monyet A dan B, serta memasukkan monyet D dan E. Sama
seperti monyet-monyet sebelumnya, monyet D dan E juga tertarik dengan
pisang di atas tiang dan mencoba memanjatnya. Monyet C secara spontan
langsung mencegah keduanya agar tidak naik. “Hai, mengapa kami tidak
boleh naik?” protes keduanya.
"Ada teman-teman yang memberitahu saya, bahwa naik ke atas itu
berbahaya. Saya juga tidak tahu ada apa di atas, tapi lebih baik cari
aman saja, jangan ke atas deh”, jelas monyet C.Berikutnya ke dalam ruangan dimasukkan monyet C. Yang menarik adalah, para profesor tidak akan lagi menyemprot para monyet jika mereka naik. Begitu si monyet C mulai menyentuh tiang, dia langsung ditarik oleh monyet A dan B. Mereka berusaha mencegah, agar monyet C tidak mengalami `kesialan’ seperti mereka. Karena dicegah terus dan diberi nasihat tentang bahayanya bila mencoba memanjat ke atas, monyet C akhirnya takut juga dan tidak pernah memanjat lagi.
Monyet D percaya dan tidak berani naik, tapi tidak demikian dengan monyet E yang memang bandel. “Saya ingin tahu, bahaya seperti apa sih yang ada di atas… Dan kalau ada bahaya, masa iya saya tidak bisa menghindarinya?” tegas monyet E. Walaupun sudah dicegah oleh monyet C dan D, monyet E nekat naik…
Dan karena memang sudah tidak disemprot lagi, monyet E bisa meraih pisang yang diinginkannya.
Hmmm... Sobat Bidikmisi, manakah di antara karakter di atas yang menggambarkan tingkah laku kita saat ini?
Karakter A dan B adalah orang yang pernah melakukan sesuatu, dan gagal. Karena itu mereka kapok, tidak akan mengulanginya lagi, dan berusaha mengajarkan ke orang lain tentang kegagalan tersebut. Mereka tidak ingin orang lain juga gagal seperti mereka.
Karakter C dan D, adalah orang yang menerima petunjuk dari orang lain, hal-hal apa yang tidak boleh dilakukan, dan mereka mematuhinya tanpa berani mencobanya sendiri. Karakter E adalah tipe orang yang tidak mudah percaya dengan sesuatu, sebelum mereka mencobanya sendiri. Mereka juga berani menentang arus dan menanggung resiko asalkan bisa mencapai keinginan mereka.
Pisang dalam cerita di atas menggambarkan impian kita. Setiap orang dalam hidup ini mempunyai impian yang tinggi tentang masa depannya. Namun sayangnya, banyak sekali hal-hal yang terjadi di sekitar kita, yang menyebabkan impian kita terkubur.
Orang-orang dengan karakter ABCD akan mengatakan kepada kita hal-hal seperti ini, "Sudahlah, jangan melakukan pekerjaan yang sia-sia seperti itu. Percuma. Saya dulu sudah pernah melakukannya berkali-kali dan gagal. Sebagai seorang teman yang baik, saya tidak mau kamu gagal seperti saya,” atau mungkin kalimat, “Kamu mau gagal kayak si X… lebih baik lakukan sesuatu yang pasti-pasti saja deh.” Bukankah hal-hal seperti itu yang sering kita dengar sehari-hari?
Orang dengan karakter E akan selalu berpikir optimis dalam menjalankan sesuatu. “Kalaupun orang lain gagal melakukan sesuatu, belum tentu saya juga akan gagal”! adalah kekuatan yang selalu memompa motivasinya. Dan kegagalan orang lain dapat dipelajari dan dijadikan batu loncatan untuk melangkah lebih baik, bukannya dijadikan suatu ketakutan.
Nah, ada satu ilustrasi lagi. Mari terbang ke tahun 70-an...
Apa yang akan Sobat lakukan, bila suatu hari ada seorang mahasiswa bercelana jeans, berkacamata tebal, bertampang culun, bajunya lusuh, datang menemui Sobat dan berkata, “Saya punya suatu produk yang bagus, tapi saya tidak punya modal. Mau nggak pinjamin saya modal 100 dollar? Kalau produk ini sukses, kita berdua bakal jadi orang paling kaya di dunia lho...”
Hampir semua akan menghina dan mentertawakan mahasiswa tersebut bahkan mungkin menganggapnya gila.
Berapa orang yang akan menjawab “Wow, bagus sekali, coba jelaskan apa rencana anda, agar kita bisa sama-sama kaya...”? Mungkin satu orang di antara sejuta, mungkin juga tidak ada.
Bagaimana kalau ternyata mahasiswa tersebut adalah Bill Gates, yang kini sudah mencapai impiannya menjadi orang terkaya di dunia?
Bukankah itu dulu yang dilakukan Bill Gates pada awal karirnya? Dikelilingi orang tipe ABCD, ditolak, dilecehkan, dan berbagai macam hinaan lainnya. Untungnya, Bill Gates termasuk orang dengan karakter E. Dan dengan pengorbanan dan kerja keras, dia berhasil meraih impiannya.
"Jangan biarkan orang lain membunuh impian kita. Maju terus, hadapi semua rintangan dan raih impian!"
Sumber : resensi.net